Kemenangan Injil di Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
Kejadian 3:17
Lalu firman-Nya kepada manusia itu: “Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu.”
Kejadian 3:15
Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.
Penglihatan yang Tak Tertahankan akan Penderitaan
Maka gambaran besar dalam bentuk garis besar: Allah menciptakan alam semesta dari ketiadaan; semuanya diciptakan-Nya dengan sangat baik; tidak ada cacat, tidak ada penderitaan, tidak ada kesakitan, tidak ada kematian, tidak ada kejahatan; lalu Adam dan Hawa melakukan sesuatu dalam hati mereka yang secara mengerikan sangat jahat – sangat tak terkatakan jahatnya, lebih memilih buah sebuah pohon daripada persekutuan dengan Allah – sehingga Allah bukan hanya menghukum mati mereka (Kejadian 2:17), tetapi juga menaklukkan seluruh makhluk kepada apa yang Paulus sebut “kesia-siaan” dan “perbudakan kebinasaan” (Roma 8:20-21).
Dengan kata lain, kalau dulu pernah tidak ada penderitaan atau sakit atau kematian, kini setiap orang mati, setiap orang menderita, binatang-binatang menderita, sungai meluap tiba-tiba dan menghanyutkan desa-desa, salju longsor menimbuni para pemain ski, gunung berapi menghancurkan seluruh kota, tsunami membunuh 250.000 orang dalam semalam, badai menenggelamkan feri-feri Filipina dengan 800 orang di atas kapal, AIDS, malaria, kanker, penyakit jantung membunuh jutaan orang tua dan muda, tornado raksasa menghilangkan seluruh kota Amerika Barat-tengah, kekeringan dan jutaan orang diserang kelaparan – atau lebih dahsyat – mati kelaparan. Kecelakaan-kecelakaan aneh terjadi, dan anak seorang teman jatuh ke atas mesin dan mati. Teman yang lain kehilangan satu mata. Ada bayi yang lahir tanpa wajah. Jika kita dapat melihat sepersepuluh ribu penderitaan di dunia pada saat tertentu, kita akan lemas tak berdaya karena ketakutan akan itu semua. Hanya Allah yang dapat bertahan menyaksikan itu dan tetap melanjutkan aktivitas-Nya.
Ketakutan akan Dosa yang Digambarkan dalam Kesia-siaan Makhluk Ciptaan
Mengapa Allah menaklukkan tatanan alam kepada kesia-siaan seperti itu karena dosa umat manusia? Tatanan alam tidak berdosa. Manusia berdosa. Tetapi Paulus berkata, “Seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan.” Seluruh makhluk (ciptaan) ditempatkan dalam “perbudakan kebinasaan.” Mengapa demikian? Allah berkata, “Terkutuklah tanah karena engkau” (Kejadian 3:17). Tetapi mengapa? Mengapa ada bencana-bencana alam dalam ciptaan sebagai respons terhadap kegagalan-kegagalan moral manusia? Mengapa bukan hanya kematian biasa bagi seluruh keturunan Adam yang bersalah? Mengapa kaledoskop berdarah penderitaan yang mengerikan ini berlangsung abad demi abad ini? Mengapa begitu banyak anak mengalami cacat yang begitu menyayat hati kita?
Jawaban saya adalah bahwa Allah mengutuk dunia alam sehingga ketakutan-ketakutan fisik yang kita lihat di sekitar kita dalam penyakit-penyakit dan malapetaka-malapetaka akan menjadi gambaran-gambaran yang gamblang tentang betapa mengerikannya dosa itu. Dengan kata lain, kejahatan alam merupakan papan penunjuk jalan yang menunjuk kepada kengerian yang tak terkatakan dari kejahatan moral.
Allah mengacaukan dunia alam karena kekacauan dunia moral dan rohani – yaitu, karena dosa. Dalam keadaan kita sekarang yang jatuh dalam dosa, dengan hati kita yang dibutakan terhadap kejahatan dosa yang begitu berlebihan, kita tidak dapat melihat atau merasakan betapa menjijikkannya dosa itu. Hampir-hampir tak seorang pun di dunia ini merasakan bahwa dosa kita adalah kejahatan yang menjijikkan. Hampir tak seorang pun marah atau muak dengan cara mereka meremehkan kemuliaan Allah. Sebaliknya, mereka membiarkan tubuh mereka disentuh oleh kesakitan, dan Allah dipanggil untuk memberikan pertanggungjawaban-Nya. Kita tidak terganggu dengan cara kita melukai kemuliaan-Nya, namun ketika Dia melukai jari kelingking kita yang kecil, maka seluruh kebiadaban moral kita dibangkitkan. Ini menunjukkan betapa kita meninggikan diri dan merendahkan Allah.
Bunyi Trompet Penyakit Fisik
Penyakit fisik merupakan suara Allah melalui trompet fisik untuk memberi tahu kita bahwa sesuatu benar-benar mengerikan salahnya, baik secara moral maupun secara rohani. Penyakit-penyakit dan cacat-cacat merupakan kebanggaan Iblis. Tetapi dalam providensi pemeliharaan Allah, semua itu merupakan potret Allah akan dosa dalam dunia rohani. Itu adalah benar, meskipun beberapa orang yang paling saleh juga menanggung cacat-cacat itu. Malapetaka-malapetaka merupakan pra-pertunjukan Allah akan apa yang diterima dosa dan suatu hari kelak akan menerima penghakiman yang seribu kali lebih buruk. Malapetaka-malapetaka itu merupakan peringatan-peringatan.
Oh, kiranya kita semua dapat melihat dan merasakan betapa menjijikkan, betapa menyakitkan hati, betapa kejinya untuk memilih yang lain ketimbang Pencipta kita, untuk mengabaikan Dia dan tidak memercayai Dia serta merendahkan Dia dan kurang memberi Dia perhatian dalam hati kita dibandingkan yang kita lakukan pada karpet di lantai ruang tamu kita. Kita harus memperhatikan hal ini, atau kita tidak akan berpaling kepada Kristus untuk [memperoleh] keselamatan dari dosa, dan kita tidak akan menginginkan sorga untuk alasan apa pun kecuali kelegaan. Namun menginginkan sorga untuk kelegaan harus ditiadakan.
Bangun! Dosa Adalah Seperti Ini!
Karena itu Allah, dengan penuh belas kasihan, berseru pada kita dalam kesakitan- kesakitan dan malapetaka kita: Bangun! Dosa adalah seperti ini! Dosa menyebabkan hal-hal seperti ini. (Lihat Wahyu 9:20; 16:9, 11.) Memilih televisi ketimbang persekutuan dengan Allah adalah seperti ini. Menginginkan kelegaan di sorga, tetapi tidak menginginkan Sang Penebus, adalah seperti ini. Dunia alam ditembaki dengan ketakutan-ketakutan dengan tujuan membangunkan kita dari dunia mimpi yang berpikir bahwa merendahkan Allah bukanlah masalah besar. Padahal itu adalah masalah besar yang sangat menakutkan.
Saya memberitakan kebenaran ini di [Gereja Baptis] Betlehem pada hari peringatan 9/11 yang keempat, [saya] tahu ada orang-orang di gereja kami yang sedang menghadapi penderitaan yang mengerikan. Dua atau tiga minggu kemudian, saya berada dalam pertemuan doa sebelum ibadah bersama dengan jemaat kami, dan salah satu ibu muda yang anaknya cacat parah berdoa, “Tuhan yang terkasih, tolong aku untuk merasakan kengerian dosa seperti aku merasakan kengerian cacat anakku.” Saudara-saudara, saya suka menjadi pendeta – utusan yang gemetar dengan Firman Allah.
Maka kembali pada penjabaran gambar besar: Allah menciptakan alam semesta dari sesuatu yang tidak ada. Sangatlah baik cara Dia menciptakannya. Tidak ada cacat, tidak ada penderitaan, tidak ada sakit, tidak ada kematian, tidak ada kejahatan. Lalu Adam dan Hawa melakukan sesuatu dalam hati mereka yang adalah kejahatan yang begitu menakutkan, sehingga Allah bukan hanya menghukum mati mereka (Kejadian 2:17), tetapi juga menaklukkan seluruh makhluk kepada “kesia-siaan” dan “perbudakan kebinasaan” (Roma 8:20-21).
Lalu apa yang terjadi atas kita, dan atas seluruh makhluk yang telah Allah taklukkan kepada kesia-siaan? Apa yang Anda katakan kepada para orangtua yang anak-anaknya dalam kehidupan ini tidak akan pernah memiliki kekuatan mental lebih besar dari anak berusia enam tahun? Anda membacakan pada mereka, dengan linangan air mata dan sukacita pengharapan (“sedih namun selalu bersukacita”), keseluruhan nas Roma 8:18-25 ini.
Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. 19 Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. 20 Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, 21 tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. 22 Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. 23 Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita. 24 Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? 25 Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.
Bagi para pendeta muda, ada beberapa teks yang lebih penting untuk dijelaskan daripada teks ini. Salah satu khotbah pertama yang saya beritakan dua puluh tujuh tahun yang lalu setelah datang ke [Gereja Baptis] Betlehem diberi judul “Kristus dan Kanker.” Saya ingin umat saya mengetahui theologi saya tentang penyakit dan penderitaan. Saya ingin mereka tahu bahwa ketika saya datang mengunjungi mereka di rumah sakit, saya tidak akan beranggapan bahwa jika mereka sekadar memiliki iman yang cukup, Allah pasti akan menyembuhkan mereka. Saya ingin mereka melihat khususnya ayat 23, “Dan bukan hanya mereka [seluruh makhluk] saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh Kudus, kita juga mengeluh dalam hati kita ketika kita menantikan dengan sangat saat pengangkatan [kita] sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.” Orang-orang yang dipenuhi Roh mengeluh, menantikan penebusan tubuh mereka. Keseluruhan perikop ini merupakan salah satu perikop Alkitab yang paling signifikan secara kosmik dan sangat berharga secara pastoral. Perikop ini membawa kita ke langit yang baru dan bumi yang baru dengan tubuh-tubuh baru, dan memberi kita gambaran yang benar-benar realistis akan keluhan kita sekarang pada zaman ini, dan itu menopang kita dengan pengharapan yang akan menyelamatkan kita.
Maka izinkan saya mencoba untuk membukanya dengan empat pengamatan.
1. Allah berjanji bahwa akan ada pembebasan bagi seluruh makhluk (ciptaan) dari kesia-siaannya dan perbudakan kebinasaan.
Ayat 21a: “Makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan.” Dunia alam – dunia materi dan fisik – akan dimerdekakan dari kutukan, penaklukan kepada kesia-siaan dan kebinasaan. Ini merupakan cara Paulus berbicara tentang langit yang baru dan bumi yang baru. Bumi ini, langit ini, akan dimerdekakan. Bumi ini akan menjadi bumi yang baru.
Yesaya 65:17: Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.
Yesaya 66:22: Sebab sama seperti langit yang baru dan bumi yang baru yang akan Kujadikan itu, tinggal tetap di hadapan-Ku, demikianlah firman TUHAN, demikianlah keturunanmu dan namamu akan tinggal tetap.
2 Petrus 3:13: Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.
Wahyu 21:1, 4: Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi.... Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.
Kisah Para Rasul 3:19-21: Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus. Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu.
Perkataan Paulus di Roma 8:21 merupakan kesaksian yang jelas terhadap kontinuitas antara bumi yang lama dan bumi yang baru: “Makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan.” Jadi ia memahami “baru” berarti “diperbarui,” bukan diganti. Itu bukan seperti, “Saya mendapat sebuah mobil baru.” Ketika sesuatu dimerdekakan, sesuatu itu tidak hilang dari eksistensi atau dibuang. Sesuatu itu dapat berubah, tetapi sesuatu itu masih ada di sana, dan merdeka.
Maka salah satu hal yang Anda katakan kepada ibu dari anak yang cacat itu: Anda tahu, Alkitab mengajarkan bahwa meskipun anak Anda seumur hidup tidak dapat melompat dan berlari di bumi ini bagi kemuliaan Allah, akan datang bumi yang baru, bebas dari semua penyakit dan cacat, dan ia [anak yang cacat itu] akan mengalami kebebasan itu bukan hanya seumur hidup, tetapi selama kekekalan, untuk berlari dan melompat bagi kemuliaan Allah.
2. Pembebasan tatanan alam dari perbudakan kebinasaan ini akan merupakan partisipasi dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.
Ayat 21: “Makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.” Di sini urutannya penting. Sebagaimana ciptaan [LAI: makhluk] mengikuti manusia berdosa ke dalam kebinasaan, maka makhluk mengikuti manusia yang ditebus ke dalam kemuliaan.
Mungkin sesorang akan tergoda untuk mengatakan kepada orang-orang kudus yang menderita (orangtua yang anaknya menderita), “Anda lihat apa yang Alkitab katakan: tatanan alam – makhluk – akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan. Ya, tubuh Anda – atau tubuh anak Anda – adalah bagian dari tatanan itu, bukan? Ya. Maka Anda juga – anak Anda juga – akan mengalami pembebasan yang mulia dari kebinasaan ini dan memiliki tubuh kebangkitan, karena Anda adalah bagian dari apa yang sedang dibebaskan.”
Dengan tegas itu bukanlah cara Paulus melihat segala sesuatu. Memang benar tubuh kita akan ditebus dalam tatanan yang baru. Ayat 23b: “Kita juga menantikan dengan sangat saat pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.” Tetapi tubuh kita tidak dibawa ke dalam kebaruan ini dengan menjadi bagian dari ciptaan. Malah sebaliknya. Ciptaan dibawa ke dalam “kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.” Ayat 21: “Makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.”
Kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah datang lebih dahulu. Lalu setelah memuliakan anak-anak-Nya dengan tubuh mereka yang baru dan mulia – yang Yesus katakan akan bersinar seperti matahari dalam kerajaan Bapa kita (Matius 13:43) – maka seluruh ciptaan disesuaikan oleh Allah sebagai tempat kediaman yang cocok bagi keluarga yang dimuliakan itu.
Demikianlah Anda katakan kepada orangtua anak yang cacat itu, “Anak Anda tidak akan diubah agar sesuai dengan alam semesta baru yang dimuliakan; namun alam semesta akan diubah agar cocok dengan anak Anda – dan Anda – yang dimuliakan.” Maksud ayat 21 adalah bahwa Allah mengasihi anak-anak-Nya dan memberikan apa yang terbaik bagi mereka. Perhatikan frasa “kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.” Bukan kemerdekaan kemuliaan orang-orang kudus, atau kemerdekaan kemuliaan orang-orang Kristen, atau kemerdekaan kemuliaan orang-orang yang ditebus. Memang itu benar. Tetapi cara Paulus berpikir bukan seperti itu.
Apa yang ada dalam pikiran Paulus di sini adalah sesuatu di lima ayat sebelumnya – Roma 8:16-17: “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” Maksud di ayat 21 adalah bahwa langit yang baru dan bumi yang baru merupakan warisan anak-anak. Alam semesta tidaklah penting pada dirinya sendiri. Itu penting sebagai tempat bermain anak-anak Allah – dan sebagai bait suci dan tanah pertanian serta toko kerajinan tangan. Allah tidak merancang anak-anak-Nya untuk alam semesta. Ia merancang alam semesta untuk anak-anak-Nya. Sejak awal ini benar demikian dan pada akhirnya benar begitu juga, dan hal itu secara khusus benar bagi Anak-Nya yang berinkarnasi, Yesus Kristus yang adalah Allah sekaligus manusia. Segala sesuatu dijadikan bagi Dia. Anak Anda yang cacat tidak harus beradaptasi lagi. Tubuhnya akan ditebus dan baru sepenuhnya. Segala sesuatu dalam ciptaan akan disesuaikan dengan anak Anda.
3. Kedatangan ciptaan yang baru yang merdeka dibandingkan dengan kelahiran, sehingga bukan hanya ada kontinuitas dengan dunia ini tetapi juga diskontinuitas.
Ayat 22: “Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin (sunōdivei).” Ketika seorang anak lahir, anak itu adalah manusia, bukan kuda. Ada kontinuitas. Tetapi anak itu bukanlah manusia yang sama. Sekarang saya tidak berpikir kita dapat memaksakan suatu metafora seperti ini – kedatangan bumi yang baru adalah seperti kelahiran seorang anak – artinya bumi yang baru memiliki hubungan dengan bumi yang lama persis yang dimiliki seorang anak dengan ibunya. Itu memaksa kata-kata tersebut memuat makna yang terlalu banyak. Tetapi kata-kata itu memang menimbulkan pertanyaan tentang diskontinuitas yang mungkin ada dan membuat kita perlu melihat kepada perikop-perikop yang lain untuk melihat jenis diskontinuitas apa yang mungkin terjadi. Tentu saja konteks yang sekarang mengatakan: Tubuh ini akan dimerdekakan dari kesia-siaan dan kebinasaan. Tetapi ada sesuatu yang lebih dari itu.
Sesungguhnya, kita menemukan beberapa petunjuk yang sangat jelas baik kepada kontinuitas maupun diskontinuitas. Dalam surat-surat Paulus, petunjuk-petunjuk yang paling jelas ada di 1 Korintus 15. Ia mengajukan pertanyaan di ayat 35: “Tetapi mungkin ada orang yang bertanya, ‘Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?’” Lalu ia menjawab dengan kata-kata seperti ini. Ayat 37-51:
Yang engkau taburkan bukanlah tubuh yang akan jadi [itulah diskontinuitas], tetapi biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain. 38 Tetapi Allah memberikan kepadanya suatu tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya: Ia memberikan kepada tiap-tiap biji tubuhnya sendiri [ini kedengarannya sangat seperti-pencipta, bukan hanya seperti-penebus, yang menghibur ketika Anda berpikir bahwa tubuh-tubuh nenek moyang Anda sekarang telah membusuk, dan atom-atom yang membentuk tubuh mereka sekarang ada di dalam ribuan orang, tanaman, dan binatang lain].... Apa yang ditaburkan pasti bisa binasa; apa yang dibangkitkan pasti tidak bisa binasa. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. 43 Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. 44 Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. [Berulangkali ia mengatakan, [tubuh] ditabur, dan [tubuh yang sama itu] juga dibangkitkan. Itulah kontinuitas.] Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah [Jadi kata tubuh mengimplikasikan kontinuitas dan kata alamiah dan rohaniah mengimplikasikan diskontinuitas].... 49 Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa yang sorgawi [rupa-rupa itu tidaklah sama persis; ada diskontinuitas dan kontinuitas.] 50 Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa. 51 Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia.
Sesungguhnya, ini suatu rahasia. Kita semua akan diubah. Tetapi, sebagaimana Yohanes katakan, “Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak” (1Yohanes 3:2). Yesus berkata, “Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga” (Matius 22:30). Segala sesuatu akan berbeda. Contohnya, Petrus dalam suratnya yang kedua, tidak melihat pemulihan atau peningkatan yang biasa dari dunia yang sekarang. Ia mengatakan di 2 Petrus 3:7, “Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik.” Rasul Yohanes mengatakan, “Langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi” (Wahyu 21:1). “Dan kota itu tidak memerlukan matahari dan bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya” (Wahyu 21:23). “Dan malam tidak akan ada lagi” (Wahyu 22:5).
Tidak ada malam, tidak ada matahari, tidak ada bulan, tidak ada laut, tidak ada pernikahan, tubuh-tubuh rohani dalam suatu dunia dibawa melalui api. Namun kontinuitas yang sesungguhnya – Filipi 3:21: “Ia akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.” Dan tubuh macam apakah tubuh kebangkitan Yesus, di mana kelak tubuh kita juga akan menjadi serupa dengan itu? Tubuh itu dapat dikenali. Tubuh itu secara ruang tidak dapat dipahami, datang dan menghilang dengan cara-cara yang luar biasa. Namun perhatikan pada kata-kata yang menakjubkan dan penting dari Lukas 24:39-43 ini:
“Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.” Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: “Adakah padamu makanan di sini?” Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan panggang. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.
Ia makan ikan. Maka poin ketiga adalah: Dalam langit yang baru dan bumi yang baru, akan ada kontinuitas dengan dunia ini dan diskontinuitas yang agaknya bagi kita tetap merupakan suatu “rahasia.” Belum tampak bagaimana jadinya kita nanti. Namun kita tahu kita akan menjadi seperti Dia. Jadi ketika orangtua dari anak yang cacat itu bertanya, “Akankah anak kami bertumbuh? Akankah ia makan sendiri? Akankah ia dapat membuaat suatu karya?” kami akan mengatakan, Allah tidak menjadikan dunia dan memelihara dunia untuk disia-siakan. Anakmu akan makan bersama dengan Yesus. Allah akan memberi dia tingkat perkembangan yang paling akan menggembirakan hati-Nya dan juga paling mempermuliakan Allah.. Tetapi ada banyak rahasia. Kita melihat melalui kaca secara samar-samar.
Lalu apakah jaminan mereka yang paling teguh pada terang yang memiliki begitu banyak rahasia itu? Dan apakah pengharapan tertinggi mereka bagi anak mereka – dan bagi diri mereka? Pada akhirnya hal itu membawa kita kepada observasi keempat dan kepada Injil Yesus Kristus.
4. Pengharapan memiliki tubuh-tubuh yang ditebus dalam ciptaan baru dijamin oleh keselamatan kita yang kita terima melalui iman di dalam Injil, tetapi ini bukanlah pengharapan terbaik kita.
Perhatikan khususnya Roma 8:23b-24: “Kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita. Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan.” Apakah artinya – “kita diselamatkan dalam pengharapan”? Itu adalah bentuk datif (tē gar elpidi esōthēmen). Barangkali referensi datif: Berkenaan dengan pengharapan ini, kita diselamatkan. Pastilah ini mencakup arti bahwa, ketika kita diselamatkan, pengharapan ini dijamin bagi kita. Dan karena kita diselamatkan dengan memercayai kata-kata Alkitab bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita dan bangkit kembali (1 Korintus 15:1-3), pengharapan ini dijamin oleh Injil. Injil menang dalam membawa kita kepada pengharapan ini (Roma 6:5; 8:11).
Tetapi kita tidak boleh berhenti di sana. Injil adalah jaminan yang kokoh bahwa akan ada langit yang baru dan bumi yang baru dan kita akan dibangkitkan dengan tubuh-tubuh yang ditebus untuk hidup di sana selamanya. Injil tentang Kristus yang disalibkan ganti kita, memberi kita pengampunan dan memberi kita kebenaran serta membuktikan karya ini dengan bangkit dari antara orang-orang mati dengan kuasa atas segala sesuatu – itulah yang akan kami katakan kepada orangtua ini, ketika mereka mencari batu karang untuk berpijak dalam menghadapi rasa takut dan rasa bersalah.
Karunia Tertinggi [Ultimat] dari Injil: Allah Terlihat di dalam Kristus yang Disalibkan
Tetapi karunia tertinggi dari Injil bukanlah langit dan bumi yang baru. Kebaikan tertinggi Injil bukanlah tubuh yang ditebus. Kebaikan tertinggi Injil bukanlah pengampunan, atau penebusan, atau pendamaian, atau pembenaran. Ini semua merupakan sarana untuk suatu tujuan akhir. Kebaikan tertinggi Injil yang menjadikan Injil kabar baik, dan tanpanya tidak satu pun dari pemberian-pemberian yang lain akan merupakan kabar baik, adalah Allah sendiri – terlihat dalam kemuliaan Anak-Nya yang disalibkan dan bangkit, serta dinikmati karena keindahan-Nya yang tak terbatas, dan dihargai karena keberhargaan-Nya yang tak terbatas, serta direfleksikan karena kita telah dijadikan serupa dengan gambar Anak-Nya.
Injil: Peragaan Sepenuhnya akan Kemuliaan Allah
Alasan tertinggi akan adanya langit dan bumi yang baru adalah karena Kristus yang bangkit tidak akan pernah melepaskan tubuh manusia-Nya, tetapi memeliharanya sebagai lambang Kalvari yang kekal di mana kemuliaan anugerah Allah sepenuhnya diperagakan. Pertama-tama, seluruh alam semesta yang material diciptakan, kemudian diberi bentuknya yang baru, sehingga Anak Allah dapat berinkarnasi sebagai manusia, menderita dalam daging, disalibkan, bangkit dari antara orang mati, dan memerintah sebagai Allah sekaligus manusia, serta dikelilingi oleh kerumunan orang yang ditebus yang tidak terhitung banyaknya yang dalam tubuh rohaniah kita menyanyi, berbicara, bekerja, bermain, dan mengasihi dalam cara-cara yang jelas mencerminkan kemuliaan-Nya sepenuhnya, tepatnya karena kita memiliki tubuh dalam suatu dunia yang secara rohani maupun fisik menyinarkan kemuliaan Allah.