Dipanggil untuk Menderita dan Bersukacita: Untuk Kemuliaan yang Kekal
Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. (8) Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; (9) kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. (10) Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. (11) Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini. (12) Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu. (13) Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata,” maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata. (14) Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya. (15) Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah. (16) Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. (17) Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. (18) Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.
Ayat 16 mengekspresikan sesuatu yang setiap orang di sini pagi ini ingin alami. Paulus mengatakan, “Kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” Di sini ada sesuatu yang tak diinginkan seorang pun dan juga ada sesuatu yang diinginkan setiap orang.
Apa yang Tak Diinginkan Seorang pun dan Apa yang Diinginkan Setiap Orang
Di sini pagi ini, tak seorang pun ingin tawar hati. Tidak seorang pun datang ke sini mengatakan, “Saya pasti berharap kita menyanyikan beberapa lagu dan mendengar sebuah khotbah yang menolong saya menjadi tawar hati. Saya benar-benar ingin dibuat berkecil hati pagi ini melalui apa yang John katakan.” Tidak ada seorang pun di antara Anda. Tidak ada seorang pun yang menghendaki semangat hidupnya hilang. Tidak juga Paulus.
Sebaliknya, setiap orang ingin pembaruan batiniah dari hari ke hari. Kita semua tahu bahwa perasaan-perasaan akan kekuatan, sifat baru, pengharapan, vitalitas, keberanian, dan semangat untuk hidup hanya berlangsung sebentar saja, lalu perasaan-perasaan itu cenderung mengering. Jika kita mau kuat dalam batin kita dan memiliki pengharapan serta sukacita maupun sumber-sumber untuk mengasihi, kita harus mau dibarui dari hari ke hari. Kita tahu hal itu. Hidup tidaklah statis atau tidaklah tak berfluktuasi. Hidup itu naik turun naik. Hidup itu penuh, kosong, dan penuh lagi. Hidup itu dibarui, digunakan, dibarui, digunakan, dibarui. Dan setiap orang di antara kita menginginkan kuasa pembaruan. Tidak ada seorang pun di sini yang ingin dibiarkan dalam lembah kekosongan dan kehampaan serta berkecil hati. Jika ada rahasia tentang dijadikan kuat dan berpengharapan, bersukacita dan penuh kasih berulang-ulang kali dari hari ke hari, kita akan tertarik.
Dua Kata yang Sangat Penting: “Sebab itu” dan “Sebab”
Yang berarti bahwa ada dua kata dalam teks ini yang harus mendapat perhatian kita. Kata “sebab itu” di awal ayat 16 dan kata “sebab” di awal ayat 17. Mengapa kedua kata itu begitu sangat penting?
Ayat 16 sebagai Puncak dari Sebuah Segitiga
Gambarkan ayat 16 berada di puncak segitiga dengan dua sisi yang mendukungnya. Maka di sana kerinduan kita didukung oleh dua tema ini: “Kami tidak tawar hati ... namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” Itulah apa yang kita semua inginkan pagi ini – dapat mengatakan hal itu dan sungguh-sungguh menghendakinya.
Ayat 16: “Kami tidak tawar hati ... namun dibaharui dari sehari ke sehari.”
Ayat 7-15 sebagai Satu Sisi yang Mendukung Puncak
Kata “sebab itu” di awal ayat itu berarti bahwa Paulus telah mengatakan beberapa hal yang membawa dia kepada pengalaman ini dan mendukungnya: “Ini adalah benar dan ini adalah benar dan ini adalah benar” di ayat 7-15, “SEBAB ITU kami tidak tawar hati ... namun kami dibaharui dari sehari ke sehari.” Jadi garis pertama dari segitiga itu adalah kebenaran dari ayat 7-15 yang membawa kepada pengalaman ini dan mendukungnya. Itu harus kita perhatikan dan mendorong kita memburu hal itu dalam ayat-ayat itu. Mungkin itu juga dimaksudkan bagi kita!
Ayat 17-18 sebagai Sisi Lain yang Mendukung Puncak
Lalu kata “sebab” di awal ayat berikutnya (ay. 17) berarti bahwa Paulus hampir mengatakan beberapa hal yang merupakan alasan bagi ayat 16. “Kami tidak tawar hati ... namun kami dibaharui dari sehari ke sehari” SEBAB ini adalah benar dan ini adalah benar dan ini adalah benar. Jadi, garis kedua dari segitiga itu yang turun di sisi lain adalah kebenaran dari ayat 17-18 yang mendukung pengalaman yang baru saja Paulus gambarkan.
Jadi dapatkah Anda melihat itu sekarang? Pengalaman yang kita rindukan adalah duduk di sana pada puncak segitiga ini dengan kedua sisi yang mendukung. Ayat 7-15 itu benar, “SEBAB ITU kami tidak tawar hati, namun dibaharui dari sehari ke sehari.” Itulah satu sisi. “Kami tidak tawar hati, namun dibaharui dari sehari ke sehari” SEBAB ayat 17-18 adalah benar.
Jadi, tujuan kita adalah untuk melihat kepada kedua sisi segitiga ini dan menjadikan kebenaran yang menopang Paulus [sebagai] kebenaran yang menopang kita.
Ayat 16 Terjadi di tengah-tengah Penderitaan
Tetapi lebih dahulu, satu observasi singkat: ayat 16 mengakui bahwa perihal tidak tawar hati dan dibarui dari sehari ke sehari sedang terjadi di tengah-tengah penderitaan. “Kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” Paulus tahu bahwa ia akan mati – dan setiap orang akan mati. Ia mengalami penderitaan yang luar biasa, dan di dalamnya ia melihat kemerosotan dan penghamburan hidupnya di bumi. Ada kelemahan, penyakit, luka-luka, penderitaan, tekanan, kefrustrasian, dan kekecewaan. Setiap hal itu menghendaki sepotong hidup Paulus. Satu cara untuk mengatakannya adalah bahwa “maut giat di dalam diri kami” (bdk. ay. 12).
Itu adalah konteks dari ucapan, “Kami tidak tawar hati ... kami selalu dibaharui dari sehari ke sehari.” Jadi, apa yang sesungguhnya sedang kita tanyakan sekarang bukan sekadar, “Bagaimana saya bisa tidak tawar hati dalam kehidupan?” dan “Bagaimana saya dapat dibarui dari sehari ke sehari?” tetapi “Bagaimana saya dapat mempersiapkan diri untuk menderita tanpa tawar hati?” “Bagaimana saya dapat menerima kemerosotan tubuh saya dan mundurnya hidup saya di bumi tapi sementara waktu yang sama tidak tawar hati, tetapi menemukan pembaruan kekuatan batiniah untuk meneruskan perjalanan dengan sukacita hingga akhir dengan tindakan-tindakan kasih?”
Sekarang kita siap melihat jawaban Paulus terhadap pertanyaan ini. Lebih dahulu di ayat 7-15, dan kemudian di ayat 17-18.
Ayat 7-15: Empat Alasan untuk Tidak Tawar Hati
Di ayat 7-15 ada setidaknya empat alasan yang menyebabkan Paulus mengatakan, “SEBAB ITU kami tidak tawar hati.” Dan setiap alasan-alasan itu memperhitungkan kemerosotan hidupnya di bumi. Ia tidak pernah kehilangan penglihatan bahwa ia adalah orang yang akan mati dan hidupnya sedang dihabiskan. Jadi, apa yang sedang ia lakukan di ayat-ayat ini adalah untuk menunjukkan apa yang benar, sekalipun dan bahkan karena, natur luarnya sedang merosot dan merana.
1. Pemuliaan Kuasa Allah dan Anak Allah
Pertama, meskipun natur luarnya sedang merosot, namun di dalam dan melalui penderitaan ini, kuasa Allah dan kehidupan Anak Allah sedang dinyatakan dan dimuliakan.
Ayat 7: “Harta ini KAMI punyai dalam bejana tanah liat [yaitu, manusia luar yang merosot dan lemah], supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.” SEBAB ITU, kami tidak tawar hati ... karena kuasa Allah ditinggikan dalam kelemahan kami.
Ayat 10: “Kami senantiasa membawa kematian Yesus [itulah aspek lain dari kemerosotan manusia luar] di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.” SEBAB ITU, kami tidak tawar hati ... karena kehidupan Anak Allah ditinggikan dalam kematian kami sehari-hari.
Ayat 11: “Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.” SEBAB ITU, kami tidak tawar hati ... karena hidup Anak Allah dinyatakan dan dimuliakan dalam tubuh kami yang merosot.
Jadi, alasan pertama Paulus tidak tawar hati ketika natur luarnya merosot adalah karena dalam kelemahannya dan kematiannya sehari-hari demi orang lain, kuasa Allah dan hidup Anak Allah dimuliakan, dan itulah yang disukai Paulus lebih dari apa pun.
2. Penguatan Gereja
Kedua, meskipun natur luarnya sedang merosot, namun di dalam dan melalui penderitaan ini, hidup sedang mengalir dari dia kepada jemaat. Orang Kristen sedang dikuatkan melalui Paulus yang sedang dilemahkan.
Ayat 12: “Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu.” SEBAB ITU, kami tidak tawar hati ... karena bukan hanya Allah sedang dimuliakan, tetapi kamu, yang aku kasihi, sedang menerima hidup, kekuatan dan pengharapan.
Ayat 15: “Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya [melalui penderitaan Paulus bagi mereka], menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah.” SEBAB ITU, Paulus tidak tawar hati ... karena (dan perhatikan bagaimana ayat 15 menempatkan dua alasan pertama bersama-sama) dalam pelayananku yang menderita, kasih karunia yang semakin besar bagimu dan kemuliaan bagi Allah. Ini adalah dua kasih yang besar dari hidup Paulus: membawa kasih karunia (anugerah) kepada orang lain dan membawa kemuliaan bagi Allah. Dan ayat ini mengatakan bahwa keduanya terjadi dalam pengalaman yang sama. SEBAB ITU, Paulus tidak tawar hati.
3. Kehadiran Allah yang Menopang
Ketiga, meskipun natur luarnya sedang merosot, namun di dalam dan melalui penderitaan ini, Allah menopang Paulus dan tidak membiarkan dia dikalahkan.
Ayat 8-9 (perhatikan dalam setiap pasangan ini apa yang sesungguhnya sedang ia katakan adalah: Ya, natur luar kami sedang merosot, tetapi Tidak, kami tidak tawar hati): “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.” SEBAB ITU, kami tidak tawar hati ... karena Allah menopang kami dan tidak membiarkan kami dikalahkan.
4. Kebangkitan Kita dari antara Orang Mati
Keempat, meskipun natur luarnya sedang merosot, namun Paulus akan dibangkitkan dari antara orang mati bersama-sama dengan jemaat dan bersama-sama dengan Yesus.
Ayat 14: “Kami tahu, bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya.” SEBAB ITU, kami tidak tawar hati ... karena itu akan baik-baik saja. Bahkan kematian tidak dapat membuat kisah itu berakhir buruk. Aku akan hidup lagi; dan aku akan hidup bersama-sama dengan kamu, orang-orang yang aku kasihi; dan aku akan hidup bersama-sama dengan Yesus dan berbagian dalam kemuliaan-Nya selama-lamanya.
SEBAB ITU ... itulah garis pertama dari segitiga (ayat 7-15) yang mendukung pengalaman besar dari tidak tawar hati tetapi dibarui setiap hari.
Aku dibarui karena kuasa Allah dan hidup Anak Allah dinyatakan dan dimuliakan di dalam kelemahanku yang merosot.
Aku dibarui karena hidup sedang mengalir dari penderitaanku ke dalam jemaat yang sangat aku kasihi.
Aku dibarui karena Allah menopang aku dalam penderitaanku dan tidak membiarkan aku dikalahkan olehnya.
Aku dibarui karena aku tahu aku akan dibangkitkan dari antara orang mati bersama-sama dengan kamu dan bersama-sama dengan Yesus untuk hidup bersama selama-lamanya.
SEBAB ITU aku tidak tawar hati!
Ayat 17-18: Empat Alasan untuk Tidak Tawar Hati
Sekarang lihat ke garis lain dari segitiga itu yang mendukung pengalaman Paulus yang sangat luar biasa di ayat 16, yaitu ayat 17-18. Ia tidak tawar hati, dan ia dibarui dari sehari ke sehari SEBAB ayat 17-18 adalah benar. Sekali lagi ada empat alasan bagi Paulus untuk tidak tawar hati sekalipun manusia luarnya sedang merosot – kelemahan, penyakit, luka-luka, dan penderitaannya.
1. Penderitaan yang Sementara
Ia tidak tawar hati SEBAB penderitaannya itu sementara.
Ayat 17: “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini....” Ini tidak berarti penderitaan itu berlangsung 60 detik. Itu berarti penderitaan itu hanya berlangsung selama hidup (yang adalah sementara dibandingkan dengan jutaan abad milenium) dan itu saja. Kata itu berarti “sekarang” – “Penderitaan yang sekarang” – penderitaan yang tidak akan melebihi kehidupan yang sekarang. Aku tidak tawar hati ... SEBAB penderitaanku akan berakhir. Penderitaan itu tidak akan berkuasa dalam hidupku.
2. Penderitaan yang Ringan
Ia tidak tawar hati SEBAB penderitaannya ringan.
Ayat 17: “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini ...” Ini bukanlah penilaian seorang Amerika modern yang hidupnya nyaman. Ini adalah penilaian Paulus sendiri. Tidak juga Paulus lupa apa yang ia katakan di 2 Korintus 11:23-27.
Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat.
Ketika Paulus mengatakan penderitaannya ringan, ia tidak memaksudkan mudah atau tidak sakit. Ia memaksudkan bahwa dibandingkan dengan apa yang akan datang, penderitaan itu bukan apa-apa. Dibandingkan dengan kemuliaan yang akan datang, penderitaan itu seperti bulu di timbangan. “Aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” (Roma 8:18). Aku tidak tawar hati ... SEBAB penderitaanku ringan.
3. Kemuliaan yang Kekal
Ia tidak tawar hati sebab penderitaannya sesungguhnya mengerjakan bagi Paulus kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya.
Ayat 17: “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya.” Apa yang akan datang bagi Paulus bukanlah sementara, tetapi kekal. Itu tidak ringan, tetapi berat. Itu bukan penderitaan, tetapi kemuliaan. Dan itu melampaui segala pengertian. Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, semua itu disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia (1 Korintus 2:9).
Maksudnya bukanlah bahwa penderitaan itu sekadar mendahului kemuliaan; penderitaan itu membantu menghasilkan kemuliaan. Ada kaitan sebab akibat yang nyata antara bagaimana kita memikul penderitaan sekarang ini dengan berapa banyak kita akan dapat menikmati kemuliaan Allah di masa-masa yang akan datang. Tidak satu saat pun dari penderitaan yang dijalani dengan kesabaran yang akan terbuang percuma. Aku tidak tawar hati ... SEBAB semua kesulitanku menghasilkan kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya bagiku.
4. Kemuliaan Kekal yang Tak Kelihatan Akan Datang
Paulus tidak tawar hati SEBAB ia mengarahkan pikirannya pada kemuliaan kekal yang tak kelihatan yang akan datang.
Ayat 18: “Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan.” Allah mungkin memberi Anda semua kemuliaan yang ada di alam semesta untuk mencegah Anda tawar hati dan untuk membarui jiwa Anda dari hari ke hari, tetapi jika Anda tidak pernah melihat kepadanya, tidak ada sesuatu pun yang akan datang darinya.
Undangan Allah yang Berkelimpahan
Sesungguhnya itu adalah apa yang sedang Allah kerjakan sekarang dalam khotbah ini. Teks ini merupakan satu undangan yang berkelimpahan dari Allah bagi Anda untuk melihat pada semua alasan mengapa Anda tidak harus tawar hati – semua alasan mengapa Anda dapat dibarui dari sehari ke sehari.
Lihat! Kuasa Allah dan hidup Anak-Nya dinyatakan dalam kelemahan Anda.
Lihat! Hidup Yesus sedang mengalir melalui penderitaan Anda ke dalam hidup orang-orang lain.
Lihat! Allah menopang Anda dalam penderitaan Anda dan tidak akan membiarkan Anda dihancurkan.
Lihat! Penderitaan Anda tidak akan berkuasa; Anda akan bangkit dari antara orang mati bersama-sama dengan Yesus dan jemaat Allah, lalu hidup dalam sukacita selama-lamanya.
Lihat! Penderitaan Anda itu sementara. Penderitaan Anda hanya untuk sekarang ini, bukan untuk masa yang akan datang.
Lihat! Penderitaan Anda itu ringan. Dibandingkan dengan kesukaan-kesukaan yang akan datang, penderitaan Anda bukan apa-apa.
Lihat! Penderitaan-penderitaan Anda sedang menghasilkan kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya bagi Anda.
Jadi LIHAT! Fokus! Renungkan! Pikirkanlah hal-hal ini! Percayalah pada apa yang Allah katakan. Dan Anda tidak akan tawar hati, tetapi manusia batiniah Anda akan dibarui dari sehari ke sehari.